Pers selalu mengambil bentuk dan warna struktur-struktur social politik di dalam mana ia beroperasi. Terutama, pers mencerminkan system pengawasan social dengan mana hubungan antara orang dan lembaga diatur. Orang harus melihat pada system-sistem masyarakat dimana per situ berfungsi. Untuk melihat system-sistem social dalam kaitan yang sesungguhnya dengan pers, orang harus melihat keyakian dan asumsi dasar yang dimiliki masyarakat itu : hakikat manusia, hakikat masyarakat dan Negara, hubungan antar manusia dengan Negara, hakikat pengetahuan dan kebenaran. Jadi pada akhirnya perbedaan pada system pers adalah perbedaan filsafat.
Teori Pers Otoritarian
Muncul
pada masa iklim otoritarian di akhir Renaisans, segera setelah ditemukannya
mesin cetak. Dalam masyarakat seperti itu, kebenaran dianggap bukanlah hasil
dari masa rakyat, tetapi dari sekelompok kecil orang –orang bijak yang
berkedudukan membimbing dan mengarahkan pengikut-pengikut mereka. Jadi
kebenaran dianggap harus diletakkan dekat dengan pusat kekuasaan. Dengan
demikian pers difungsikan dari atas ke bawah. Penguasa-penguasa waktu itu menggunakan
pers untuk memberi informasi kepada rakyat tentang kebijakan-kebijakan penguasa
yang harus didukung. Hanya dengan ijin khusus pers boleh dimiliki oleh swasta,
dan ijin ini dapat dicabut kapan saja terlihat tanggungjawab mendukung
kebijaksanaan pekerjaan tidak dilaksanakan. Kegiatan penerbitan dengan demikian
merupakan semacam persetujuan antara pemegang kekuasaan dengan penerbit, dimana
pertama memberikan sebuah hak monopoli dan ang terakhir memberikan dukungan.
Tetapi pemegang kekuasaan mempunyai hak untuk membuat dan merubah
kebijaksanaan, hak memberi ijin dan kadang-kadang menyensor. Jelas bahwa konsep
pers seperti ini menghilangkan fungsi pers sebagai pengawas pelaksanaan
pemerintahan. Praktek-praktek otoritarian masih ditemukan di seluruh bagian dunia walalupun
telah ada dipakai teori lain, dalam ucapan kalaupun tidak dalam perbuatan, oleh
sebagian besar Negara komunis.
Teori Pers Libertarian
Teori ini memutarbalikkan posisi manusia dan Negara sebagaimana yang dianggap
oleh teori Otoritarian. Manusia tidak lagi dianggap sebagai mahluk berakal yang
mampu membedakan mana yang benar dan mana yang salah, antara alternative yang
lebih baik dengan yang lebih buruk, jika dihadapkan pada bukti-bukti yang
bertentangan dengan pilihan-pilihan alternative. Kebenaran tidak lagi dianggap
sebagai milik penguasa. Melainkan, hak mencari kebenaran adalah salah satu hak
asasi manusia. Pers dianggap sebagai mitra dalam mencari kebenaran.
Dalam teori Libertarian, pers bukan instrument pemerintah, melainkan sebuah
alat untuk menyajikan bukti dan argument-argumen yang akan menjadi landasan
bagi orang banyak untuk mengawasi pemerintahan dan menentukan sikap terhadap
kebijaksanaannya. Dengan demikian, pers seharusnya bebas sari pengawasan dan
pengaruh pemerintah. Agar kebenaran bisa muncul, semua pendapat harus dapat
kesempatan yang sama untuk didengar, harus ada pasar bebas pemikiran-pemikiran
dan informasi. Baik kaum minoritas maupun mayoritas, kuat maupun lemah, harus
dapat menggunakan pers.
Sebagian besar Negara non komunis, paling tidak di bibir saja, telah menerima
teori pers Libertarian. Tetapi pada abad ini telah ada aliran-aliran perubahan.
Aliran ini berbentuk sebuah Otoritarianisme baru di Negara-negara komunis dan
sebuah kecenderungan kearah Liberitarianisme baru di Negara-negara non komunis.
Teori Pers Tanggungjawab Sosial
Teori ini diberlakukan sedemikian rupa oleh beberapa sebagian pers. Teori
Tanggungjawab social punya asumsi utama : bahwa kebebasan, mengandung
didalamnya suatu tanggung jawab yang sepadan; dan pers yang telah menikmati
kedudukan terhormat dalam pemerintahan Amerika Serikat, harus bertanggungjawab
kepada masyarakat dalam menjalankan fungsi-fungsi penting komunikasi massa
dalam masyarakat modern. Asal saja pers tau tanggungjawabnya dan menjadikan itu
landasan kebijaksanaan operasional mereka, maka system libertarian akan dapat
memuaskan kebutuhan masyarakat. Jika pers tidak mau menerima tanggungjawabnya,
maka harus ada badan lain dalam masyarakat yang menjalankan fungsi komunikasi
massa.
Pada dasarnya fungsi pers dibawah teori tanggungjawab social sama dengan fungsi
pers dalam teori Libertarian. Digambarkan ada enam tugas pers :
1. Melayani sistem politik dengan menyediakan informasi, diskusi dan perdebatan
tentang masalah-masalah yang dihadapi masyarakat.
2. Memberi penerangan kepada masyarakat, sedemikian rupa sehingga masyarakat
dapat mengatur dirinya sendiri.
3. Menjadi penjaga hak-hak perorangan dengan bertindak sebagai anjing penjaga
yang mengawasi pemerintah.
4. Melayani system ekonomi dengan mempertemukan pembeli dan penjual barang atau
jasa melalui medium periklanan,
5. Menyediakan hiburan
6. mengusahakan sendiri biaya financial, demikian rupa sehingga bebas dari
tekanan-tekanan orang yang punya kepentingan.
Teori Pers Soviet Komunis
Dalam teori Soviet, kekuasaan itu
bersifat sosial, berada di orang-orang, sembunyi di lembaga-lembaga sosial dan
dipancarkan dalam tindakan-tindakan masyarakat.
Kekuasaan itu mencapai puncaknya (a)
jika digabungkan dengan semberdaya alam dan kemudahan produksi dan distribusi ,
dan (b) jika ia diorganisir dan diarahkan.
Partai Komunis memiliki kekuatan
organisasi ini. partai tidak hanya menylipkan dirinya sendiri ke posisi
pemimpin massa; dalam pengertian yang sesungguhnya, Partai menciptakan massa
dengan mengorganisirnya dengan membentuk organ-organ akses dan kontrol yang
merubah sebuah populasi tersebar menjadi sebuah sumber kekuatan yang
termobilisir.
Partai mengganggap dirinya sebagai
suatu staf umum bagi masa pekerja. Menjadi doktrin dasar, mata dan telinga bagi
massa. Negara Soviet bergerak dengan
program-program paksaan dan bujukan yang simultan dan terkoordinir. Pembujukan
adalah tanggungjawabnya para agitator, propagandis dan media.
Komunikasi massa digunakan secara
instrumental, yaitu sebagai instrumen negara dan partai.
Komunikasi massa secara erat
terintegrasi dengan instrumen-instrumen lainnya dari kekuasaan negara dan
pengaruh partai.
Komunikasi massa digunakan untuk
instrumen persatuan di dalam negara dan di dalam partai.
Komunikasi massa hampir secara ekslusif
digunakan sebagai instrumen propaganda dan agitasi.
Komunikasi massa ini punya
0 komentar:
Posting Komentar